Kisah Salesman yang Antusias Menjual BH

Kisah Salesman yang Antusias Menjual BH

Suatu perusahaan pakaian dalam wanita (bra) mengutus seorang salesman-nya ke sebuah pulau yang di diami oleh suku primitif dan terkenal sebagai suku kanibal. Betapa kagetnya ia melihat sebagian besar penduduk wanitanya tidak memakai bra.

Tanpa berfikir panjang, ia langsung angkat kaki dari pulau tersebut. Kemudian ia melapor kepada bosnya :

Salesman 1: "Bos, tidak ada peluang bisnis disana. Seluruh penduduk wanita tidak ada yang menggunakan bra. Tidak ada gunanya menjual bra disana karena pasti tidak akan ada pembelinya."

Bos: "Oh ya..? (dengan raut wajah penuh rasa kecewa dan kesal) Jadi sekarang bagaimana? Apakah ada ide untuk mengatasi masalah ini?"

(Mendengar kekesalan bosnya, salesman kedua angkat bicara.)

Salesman 2: "Bos, bagaimana jika anda memberikan kesempatan kepada saya untuk sekali lagi datang ke pulau tersebut dan melihat keadaan sebenarnya,"

(Setelah berfikit agak lama, sang Bos akhirnya mengizinkan salesman kedua untuk berangkat. Hari demi hari berlalu, dan sang Bos tidak mendengar sedikit pun kabar dari salesman tersebut. Ia mulai kawatir, jangan-jangan sang salesman disantap oleh suku primitif dalam suatu pesta barbeque.

Setelah 2 minggu berlalu, sang Bos tiba-tiba menerima telepon dari salesman yang ia utus. Dengan nada suara penuh antusias sang salesman berteriak...)

Salesman 2: "Bos, Bos, market-nya luar biasa, Bos."

Bos: "Bagaimana bisa?" (teriakan sang Bos tak kalah antusiasnya)

Salesman 2: "Gila Bos..., di sini seluruh wanitanya tidak ada yang pakai BH... Saya yakin, jika kita jual BH disini pasti akan laku keras."

Bos: "Oke, kalau begitu, saya akan langsung kirim dua kontainer ke situ..."

Salesman 2: "Namun, masih ada satu permintaan saya Bos..."

Bos: "No Problem, apa saja yang kamu minta akan saya berikan...?

(Dengan nada tidak kalah semangatnya sang salesman berkata....)

Salesman 2: "Saya minta cuti satu minggu lagi, Bos."

Bos: "Kamu mau ngapain disana?"

Salesman 2: "Saya ingin "cuci-cuci" mata Bos..."

(Sambil tersenyum dan geleng kepala sang Bos langsung menutup teleponya.)

Cara pandang kedua salesman tersebut sungguh sangat berbeda. Setiap kejadian dalam hidup ini dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda; cara pandang positif dan cara pandang negatif.

Dengan sikap dan cara pandang positif, kita akan mendapatkan hal yang positif pula, Sikap dan cara pandang positif ini mengarahkan kita pada pola hidup optimis dan jauh dari sikap pesimis.

Jika hati dan jiwa sudah penuh dengan sikap optimis, pikiran (thought) dan perasaan (feeling) kita akan selalu mengarah pada tindakan (action) yang positif pula.

Demikian sebaliknya, jika pola hidup pesimis sudah mengakar dalam hidup, kita akan memandang segala sesuatu dengam pesimis. Kita akan merasa bahwa dunia ini "memusuhi" dan "menjebak" kita dan percaya bahwa tidak ada pencapaian sukses kecuali karena faktor keberuntungan dan nasib.

Dengan demikian hati kita akan semakin sempit, pikiran semakin mandek, dan tindakan semakin tidak terarah. Bahkan pada suatu titik, kita tidak berani mengambil tindakan apa pun. Orang-orang optimis selalu mengambil tindakan, sementara orang-orang pesimis diam dan menunggu.

Orang-orang optimis selalu memberikan kontribusi bagi orang lain dan lingkunganya, sementara orang-orang pesimis selalu megambil kesempatan dan manfaat dari orang lain dan lingkungan sekitarnya.

Orang-orang optimis selalu melihat kesempatan sementara orang-orang pesimis selalu melihat hambatan-hambatan.